DILI, www.news-viptv.com – Pemerintah Australia melalui Duta Besarnya di Dili, Bill Costello menegaskan bahwa kapal selam bertenaga nuklir yang akan dioperasikan oleh Pakta AUKUS (Australia, United Kingdom and United Stated) di Australia aman dalam pengoperasiannya.
“Kunjungan saya hari ini dengan Charge d´affair AS dan atase pertahanan saya bertujuan untuk memberi pengarahan kepada presiden (Ramos-Horta, red) tentang pengumuman penting yang dibuat oleh presiden Amerika Serikat, perdana menteri Australia dan perdana menteri Inggris mengenai kerja sama kita di masa depan dalam pengembangan pertahanan Australia. Kemampuan untuk mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir namun dipersenjatai secara konvensional,” jelas Dubes Costello kepada wartawan usai bertemu dengan Presiden Ramos-Horta, Kamis (16/3/2023), di Palacio Presidencial Bairo Pite, Dili.
Dikatakannya, ada rencana jangka panjang bagi Australia untuk mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir sebagai tanggapan terhadap lingkungan strategis di kawasan.
“Kami bermitra dengan Amerika Serikat dan Inggris untuk membangun kemampuan mengoperasikan kapal selam tersebut dengan aman, terjamin,” ujar Costello.
Seperti diberitakan, pada Senin (13/3/2023), dalam pengumuman bersama, Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese memaparkan tahapan-tahapan cara Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.
Australia akan memiliki 3-5 kapal selam serbu bertenaga nuklir kelas Virginia dari AS awal 2030-an.
“Saya tegaskan, ini kapal selam betenaga nuklir, bukan kapal selam bersenjata nuklir,” ungkap Joe Biden.
Indonesia sebagai negara yang dekat dengan Australia dan negara nomor 4 dengan total penduduknya 273.8 Juta jiwa sempat mengeluarkan pernyataan resminya melalui twiter MoFA Indonesia meminta kepada Australia untuk tetap konsisten sebagai negara non-proloferasi senjata nuklir.
“Indonesia meminta Australia tetap konsisten memenuhi kewajibannya sesuai rezim non–proliferasi senjata nuklir dan IAEA Safeguards dan menyepakati mekanisme verifikasi oleh IAEA yang efektif, transparan dan tidak diskriminatif,” tegas MoFA Indonesia dalam ciutannya.
”Upaya menjaga stabilitas dan perdamaian kawasan menjadi tanggung jawab semua negara. Penting bagi semua negara untuk menjadi bagian dari upaya tersebut,” bunyi lain pernyataan MoFA Indonesia.
Berdasarkan Traktat Non-proliferasi Nuklir (NPT), sebagai salah satu negara bukan pemilik senjata nuklir, tidak diperbolehkan memiliki atau mengembangkan senjata nuklir.
Apa itu AUKUS, dan mengapa dibuat?
Pakta keamanan AUKUS diumumkan pada 15 September 2021. Namanya merupakan akronim dari tiga negara peserta Australia, United Kingdom dan United State.
Dalam sebuah pernyataan untuk mengumumkan perjanjian kapal selam nuklir, Menteri Luar Negeri AS Antony Albanese mengatakan kemitraan itu “memperdalam kerja sama diplomatik, keamanan, dan pertahanan kami yang telah berlangsung lama untuk menghadapi tantangan kompleks di masa depan.”
Departemen Pertahanan AS menambahkan bahwa: “Ini akan mendorong berbagi informasi dan berbagi teknologi yang lebih dalam; dan memupuk integrasi yang lebih dalam antara ilmu pengetahuan, teknologi, basis industri, dan rantai pasokan terkait keamanan dan pertahanan.”
Meskipun deklarasi tersebut tidak secara eksplisit menyebut China, kemitraan tersebut merupakan tantangan bagi pertumbuhan kekuatan China. Memang, AUKUS adalah salah satu dari banyak aliansi yang telah dibuat atau diperkuat AS di Asia-Pasifik dengan tujuan membatasi apa yang dianggapnya sebagai ekspansionisme China, terutama di sekitar Taiwan.
Secara paralel, AS telah mereformasi asosiasi informal yang dikenal sebagai Quad, dialog keamanan antara India, Australia, Jepang, dan AS. Dan itu telah meningkatkan hubungan diplomatik dengan Jepang dan Korea Selatan – hubungan yang akan diperkuat ketika kedua negara masing-masing menyelesaikan perselisihan bilateral mereka –, dan membuat tawaran yang lebih besar ke negara-negara Asia Tenggara. Di bidang keamanan, AS telah berjanji untuk mendukung modernisasi pasukan Jepang, dan juga meramalkan kehadiran peralatan dan tentara AS yang lebih besar di pangkalan-pangkalan Filipina.