MALIANA, www.news-viptv.com – Festival Fronteira 2023 yang digelar oleh Pemerintah Timor-Leste selama lima hari (15-19 November 2023) di Maliana, Timor-Leste memperkuat dan mempererat hubungan dan tali persaudaraan antara masyarakat kedua negara yang tinggal di daerah perbatasan.
Festival Fronteira 2023 bertema Pertukaran Budaya Dalam Mempromosikan Rekonsiliasi ini digelar sebagai instrumen perdamaian dengan tujuan memperkuat tali persaudaraan antara orang Timor yang berpisah akibat konflik masa lalu dari tahun 1974 dan selesai pada tahun 1999, dan memperkuat tali persaudaraan antara kedua negara.
“Rekonsiliasi bukan tentang melupakan masa lalu,” tegas Presiden Timor-Leste, Jose Ramos Horta saat membuka sesi seminar dan dialog budaya pada Kamis (16/11/2023) di Gedung Olahraga Malina.
Dilanjutkannya, “Ini tentang belajar dari sejarah kita dan menggunakannya sebagai dasar untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi rakyat kita.”
Menteri Pemuda, Olahraga, Seni dan Budaya Timor-Leste, Nelyo Isaac sarmento dalam sambutan dalam pembukaan Festival Fronteira 2023 mengatakan bahwa Tujuan utama daripada Festival Fronteira 2023 adalah bertujuan mendorong generasi baru warga Timor di Timor-Leste dan warga Timor di Indonesia dalam berpikir kritik bagi topik yang berhubungan dengan memori konflik politik masa lalu, persaudaraan, rekonsiliasi dan antar budaya dalam wilayah khususnya diwilayah perbatasan Timor-Leste dan Indonesia.
“Melalui festival fronteira mari bersama kita tetap ciptakan perdamaian, dan pererat hubungan persaudaraan antara masyarakat kedua negara,” kata Nelyo Isaac.
Sementara itu, Sekretaris Negara Bidang Seni dan Budaya, Jorge Cristovão melalui festival ini masyarakat kedua negara bisa menyatukan kembali kebiasaan-kebiasaan budaya yang dilakukan masyarakat kedua negara sejak jaman nenek moyang.
“Terima kasih juga untuk kehadiran delegasi budaya dari Indonesia (Malaka, Kefa, Atambua dan Kupang), dengan pertukaran budaya, para generasi muda dapat lebih mengenal budaya masing-masing dan kegiatan ini akan terus kita lakukan,” kata Jorge Cristovão.
Sementara itu, Direktur Exekutif CNC,IP, Hugo Fernandes berharap dari Festival Fronteira 2023 dapat membentuk pemikiran yang positif bagi pemuda atau generasi baru berdasarkan budaya memperkuat perdamaian melalui rekonsiliasi, serta adanya pengertian bagi generasi baru dua negara dalam melahirkan produksi bersama terhadap isi tentang budaya dan sejarah melalui seni dan sastra.
“Melalui pertukaran budaya, para pemuda diharapkan juga memiliki pengetahuan tentang sejarah berdasarkan pandangan dari semua pihak akan memberikan konstribusi yang berimbang bagi narasi sejarah dalam proses saling menerima dan menciptakan perdamaian,” kata Hugo Fernandes.
Mewakili perwakilan NTT, Bupati Belu, Agustinus Taolin menanggapi positif kegiatan yang diinisiasi oleh Pemerintah Timor-Leste. “Kita orang Timor itu satu, satu budaya,” tegas Agustinus Taolin.
Generasi Timor-Leste yang menetap di NTT paskah Timor-Leste lepas dari Indonesia mengakui bahwa kegiatan ini bisa memperkuat hubungan persaudaraan antara orang Timor-Leste dikedua negara.
“Festival Fronteira adalah waktu emas bagi kedua negara, Timor-Leste dan Indonesia. Kalau bisa kegiatan ini terus berlanjut agar terus memperkuat persatuan dan persaudaran kedua negara, meski kami memilih tinggal di Indonesia, tetapi kami tetap orang Timor-Leste,” kata Elvis Domingos Pedroso, pemuda Timor-Leste yang tinggal di NTT.
Festival Fronteira 2023 sebagai promosi perdamaian, persaudaraan, menghargai keberagaman dan pluralitas budaya antara Timor-Leste dan Indonesia, mempromosikan konektivitas dan memberdayakan komunitas atau masyarakat melalui aspek budaya dan sejarah yang mencerminkan dan menginspirasi interaksi sosial berdasarkan prinsip menghormati Hak Asasi Manusia, toleransi dan solidaritas kemanusiaan dan membangun kembali budaya perdamaian yang berakar dari saling percaya, intelek, tradisi, seni dan budaya yang berkontribusi terhadap menghormati nilai kemanusiaan.
Kegiatan ini sebagai dasar bagi musisi, kelompok atau komunitas teater, kurator, penulis, juru foto, wartawan, peneliti dan pelajar di Timor-Leste dan Indonesia dan menjadi proses pertukaran budaya dalam saling memahami dan menghargai sejarah dan keberagaman budaya.